Aku pernah
berani melakukan apa saja demi semenit melewatkan waktu untuk berbahagia
bersamamu. Ingat? I adore you. Aku sampai berubah untukmu. Aku
memberikan semua waktuku hanya agar hatimu tetap nyaman bersamaku. Tapi lihat
yang kamu lakukan, kamu berubah menjadi seseorang yang selama ini kamu selalu
berjanji kepadaku tidak akan menjadi orang seperti itu.
Dan sekarang aku dengar kamu bertanya kepada semua orang di mana aku. Kamu mengatakan kepada seseorang bahwa kamu menyesal, dan sekarang ingin kembali mencintaiku.
Dan sekarang aku dengar kamu bertanya kepada semua orang di mana aku. Kamu mengatakan kepada seseorang bahwa kamu menyesal, dan sekarang ingin kembali mencintaiku.
Kalau
begitu, aku ingin bertanya kepadamu. Ketika rinduku dulu menumpuk dan aku
hampir kehilangan kewarasanku, di mana kamu?
Ketika aku
berusaha sendirian menata kembali hidupku (oh, kamu pasti tidak tahu rasanya
berusaha untuk melepaskan padahal kamu masih sangat mencintai orang itu),
mengumpulkan kekuatan setengah mati untuk menghapus apa pun yang bisa membuatku
teringat denganmu, dan berusaha fokus pada siapa saja yang mencintaiku, apa
kamu mendampingiku? Di mana kamu dulu?
Atau ketika
aku susah makan berhari-hari sampai badanku kurus, mukaku kusut, dan aku
cenderung menjadi pemarah dengan memusuhi semua orang yang menyayangiku sampai
banyak dari mereka menjauh, di mana kamu ketika itu?
Sekarang,
kamu mencariku dan ingin kembali untuk mendapat cintaku seperti dulu lagi.
Memangnya
siapa kamu? Dulu datang, menawarkan memberikan bahagiaku, tapi pergi lagi
karena mengejar bahagiamu. Dan pada saat yang kamu kejar bukanlah seperti
apa yang kamu inginkan, kamu kembali kemari dengan harapan aku masih
mencintaimu.
Memangnya
siapa kamu? Berhak datang dan pergi sesukamu. Memikirkan bahagiamu tanpa
memikirkan bahagiaku.
Memangnya
siapa kamu? Berpikir bisa mendapatkan cinta semudah mengedipkan mata. Lalu
ketika kamu sudah bosan atau ada yang lebih menantang, kamu berhak mengejarnya
dan meninggalkan orang yang setengah mati berkorban?
Aku berjuang
untuk belajar berjalan kembali berbulan-bulan, bertahun-tahun. Lalu kamu
kembali begitu saja dan mau merebut bahagiaku yang sekarang ini? Kamu pasti
sedang bercanda.
Akan
terlihat bodoh sekali jika seseorang yang sudah membuangku kemudian mendapat
cintaku kembali, bukan? Oh, pasti kamu akan berbicara tentang memberi
kesempatan sekali lagi? Seperti apa yang selalu dilakukan orang-orang yang
melakukan kesalahan. Lalu bla-bla-bla mengatakan kalau kamu baru sadar
bahwa aku yang benar-benar berarti untukmu. Kenapa harus butuh waktu
bertahun-tahun untuk menyadari itu? Kenapa setelah terkecewakan, kamu baru bisa
mengerti itu?
Aku dulu
memang sempat mengira kamu adalah bahagiaku. Tapi sekarang ini aku menyadari,
bahagiaku dulu adalah karena aku menikmati hidupku ketika bersama kamu. Kamu
hanya satu faktor kecil di antara bahagiaku. Bagian terpentingnya, aku dulu
bahagia karena menikmatinya. Menikmati waktu kebersamaannya, menikmati perasaan
cintaku, menikmati apa saja yang ada pada saat itu. Jadi, jangan lagi mengira
kalau bahagia seseorang disebabkan oleh seseorang lainnya. Termasuk kamu.
Bahagia seseorang adalah karena dia bisa menikmatinya.
Jadi, pergi saja dan kembalilah kapan-kapan. Bukan sebagai seseorang yang menginginkan cintaku, tapi sebagai seseorang yang aku maafkan dan kita bisa berteman. Datanglah kembali nanti bersama perempuanmu yang baru, biar kita bisa berbicara layaknya teman biasa dan akan aku kenalkan juga lelakiku. Lelaki yang sudah kumiliki beberapa waktu lalu. Kamu mau?
Tapi sebelumnya, cobalah untuk merasa cukup dan tidak terlalu menuntut. Mungkin setelah itu, kamu baru bisa menemukan seorang perempuan sebagai bahagiamu.